11 April 2011

POLA MAKAN VEGETARIAN DIANUT PYTHAGORAS DAN PARA TOKOH TERKENAL






Para filsuf, pemikir dan tokoh-tokoh hebat semacam Pythagoras aelalu mengutamakan pola makan vegetarian. Bahkan dalam sejarah kehidupan bersama para pengikutnya, menyangkut pola makan, Pythagoras dikenal menetapkan peraturan ketat serta melakukan pantangan terhadap jenis makanan tertentu. Sayur-mayur, buah-buahan, sedikit karbohidrat dan air putih merupakan menu sehari-hari. Sedangkan segala rupa daging, ikan, minuman beralkohol merupakan jenis makanan yang mutlak harus ditinggalkan alias menjadi pantangan.

Dasar ajaran Pythagoras mengenai makanan yang dibolehkan dan yang harus ditinggalkan itu berkaitan langsung dengan kekuatan pengendalian diri. Makanan jenis tertentu dapat merusak akal budi dan mengotori kesucian batin. Karena itu makanan-makanan tersebut harus dipantang. Pythagoras dan para muridnya mempraktekkan filsafat vegetarian dalam pola makannya.

Tampaknya filsafat vegetarian, yakni berpantang segala macam daging dan ikan, serta menyantap seperlunya saja makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, merupakan ajaran yang digali dari khasanah kebijaksanaan bangsa Timur. Pola makan vegetarian dipandang dapat lebih menyehatkan tubuh, mencegah berbagai penyakit serta terlebih lagi akan membersihkan jiwa dari sifat-sifat jahat, memperkuat mental pikiran dan menjadikan hidup bahagia lahir-batin.

Seperti diketahui melalui catatan-catatan sejarah, Pythagoras bukanlah satu-satunya guru besar asal Yunani yang mempraktekkan pola makanan vegetarian. Guru besar Yunani lainnya seperti Sokrates dan Plato merupakan penganjur serta teladan menyantap makanan vegetaris sesuai kebutuhan tubuh.

Tokoh-tokoh besar di masa purba hingga zaman paling modern pun, tidak sedikit yang mengambil manfaat positif menempuh pola makan vegetaris. Tercatat mereka itu misalnya Sang Budha Siddharta Gautama (pendiri agama Buddha 563-483 SM), Clement Alexandria (filosuf Kristen 150-215), Seneca (filosuf Romawi ), Leonarno da Vinci (pelukis Italia 1452-1519), Voltaire (filosuf Prancis 1694-1778), Jean Jacques Rousseau (filosuf Prancis 1712-1778), Charles Darwin (ilmuwan Inggris 1809-1882), Albert Einstein (ilmuwan 1879-1955), Leo Tolstoy (sastrawan Rusia), Benyamin Franklin (negarawan Amerika 1706-1790), Mahatma Gandhi (negarawan India 1869-1948).

Terbukti apa yang diajarkan Pythagoras tak lekang di panas tak lapuk di hujan. Bagi masyarakat modern yang mabuk konsumerisme, sudah pasti tidak gampang menjalani ajaran Pythagoras. Pada masa itu saja hanya sedikit orang yang sanggup menjadi muridnya. Bahkan ada yang menyatakan, pedoman aturan hidup dalam perguruan Pythagoras tidak cuma sebatas menyangkut hal ihwal makanan, tetapi lebih dari itu banyak sekali peraturan tata tertib dalam hal tingkah laku yang wajib ditaati. Bagi masyarakat kebanyakan, lebih-lebih untuk orang sekarang, itu semua nampak gila bin edan.



Tetapi sesungguhnya tidaklah menjadi berat bagi mereka yang tulus untuk mencapai kemuliaan tertinggi, yakni hidup sesuai dengan harmoni alam. Dengan tingkah laku mematuhi peraturan-peraturan susila yang tinggi mutunya, Pythagoras dan para pengikutnya berusaha memperoleh kualitas kebatinan, akal budi yang bersih, jernih. Sebab yang demikian itu juga menjadi tuntutan alam semesta yang harmonis.

Menurut Pythagoras seperti juga diajarkan oleh tokoh-tokoh alim, jiwa manusia itu bersifat kekal. Dengan pola makan vegetaris, kebersihan jiwa cenderung lebih dapat dijaga dan ditingkatkan. Ajaran filsafat vegetarian sangat boleh jadi digali dari kebijaksanaan Mesir kuno. Para pendeta bangsa Mesir diketahui tidak pernah memakan daging. Dipercayai, daging binatang yang disantap manusia sama saja menjadikan badan sebagai kuburan binatang itu.